Mappacci adat suku bugis
Mappacci
sebelumnya
sangat disakralkan karena pernah diceritakan pasangan pria dan wanita yang
cantik dan rupawan serta bergelimang harta akan menikah ditanah bugis namun tidak
melakukan adat mappacci, karena
menurutnya mappaccci merupakan hal
yang kuno dan hanya dilakukan oleh para calon pasangan pengantin yang hidup di
zaman tua. Setelah mereka menikah, mereka tidak memiliki keturunan, penyakit
kulit dan kemiskinan menimpanya hingga akhir hidupnya. Mereka pun meninggal
dengan rasa menyesal.
Sejak saat itu para pengantin pun yang akan menikah
di tanah bugis wajib melakukan proses mappacci
yang dilakukan demi keselamatan dan kesucian dari seorang pengantin. Mappaci artinya
dalam bahasa Indonesia yakni mensucikan diri, yang berasal dari kata pacci bersih
atau suci. Yang dilaksanakan oleh kedua mempelai botting dirumah
masing-masing, dalam artian kedua mempelai mappaci sendiri-sendiri. Mappaci
berlangsung di malam menjelang hari “H” perkawinan.
Mappacci
dilakukan tidak boleh sembarangan. Adapun tata caranya yaitu
Si
mempelai di persilahkan duduk di pelaminan. Lalu didepannya diberi satu buah
bantal sebagai simbol mappakalebbi (penghormatan), tujuh lembar sarung
sutera sebagi simbol harga diri, daun pisang simbol hidup yang
berkesinambungan, tujuh daun nangka sebagi simbol menas (harapan).
Sepiring wenno (padi yang disangrai hingga mengembang) sebagai simbol
berkembang baik, sebatang lilin yang berapi simbol penerangan, dan daun pacar
yang ditumbuk dan dihaluskan sebagai simbol kesucian dan bekkeng (tempat
pacci yang terbuat logam kuning) sebagai symbol penyatuan duan insan botting(
pengantin).
Selanjutnya
cara pelaksanaan adat ini, yakni satu persatu orang mengambil daun dari pacci
dari dalam bekkeng kemudian mengusapkan ketelapak tangan mempelai
dengan disertai doa. Saat sementara itu berjalan, indo botting (orang
tua mempelai) menghamburkan wenno ke mempelai.
Orang-orang
yang di undang dalam mengusapkan pacci tadi, biasanya adalah keluarga, kerabat
dekat dan orang-orang yang memiliki kedudukan sosial yang baik
bahasa inggrisnya ....
Mappacci
is a tribal of bugis
Mappacci
previously very sacred because it had been told a couple of men and women who
are beautiful and handsome and wallowing in wealth would marry bugis ground but
do not do custom mappacci, because he mappaccci ancient and is only done by the
prospective bride and groom were living in old age. After they were married,
They do not have children, skin diseases and poverty befall him until the end
of his life. They died with a sense of regret.
since then The wedding was to be married in the land shall bugis mappacci process is done for the safety and purity of the bride. Mappaci in Indonesian means that purify themselves, which is derived from the Pacci clean or pure. Performed by the bride and groom at home botting respectively, in terms of both families mappaci alone. Mappaci took place on the eve of the day "H" marriage.
Mappacci should not be done haphazardly. As of procedures that:
The bride in the wedding invite sitting. Then in front of him was given as a symbol of the fruit pillow mappakalebbi (respect), seven pieces of silk sarongs As with the symbol of self-esteem, banana leaf symbol sustainable living, seven As with jackfruit leaf symbol Menas (hope). Wenno plate (roasted until fluffy rice) as a symbol of well-developed, the flaming symbol of a candle lighting, and henna leaves are crushed and pulverized as symbol sanctity and bekkeng (Pacci place which made the yellow metal) as a symbol of union of two people botting (bride).
Furthermore, how the implementation of this custom, which one by one people take a leaf out of the bekkeng Pacci then hand rubbed ketelapak bride, accompanied by prayer. Today while walking, indo botting (brides parents) to scatter wenno bride.
People will be invited to rub Pacci before, usually are family, close relatives and people who have good social standing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar